Rabu, 03 Oktober 2012

komunikasi bisnis lintas budaya


Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
                                  
A.    Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

Menurut Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13).
Secara sederhana, komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun non verbal dengan memperhatikan factor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah, atau negara. Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing (internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dalam wilayah suatu Negara

  1. Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Sudah saatnya para pengambil keputusan, khususnya manajemen puncak, mengantisipasi era perdagangan bebas dan globalisasi sejak dini. era yang ditandai dengan semakin meluasnya berbagai produk dan jasa termasuk teknologi komunikasi ini, menyebabkan pertukaran informasi dari suatu negara ke negara lain semakin leluasa, sehingga seolah dunia ini tak lagi terikat dengan sekat-sekat yang membatasi wilayah suatu Negara. Dalam menyikapi era perdagangan bebas dan globalisasi, perusahaan-perusahaan besar mencoba melakukan bisnis secara global. Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar menggunakan beberapa konsultan asing untuk mengembangkan usaha mereka. Dengan adanya tren yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas budaya menjadi sangat penting bagi terjadinya harmonisasi bisnis diantara mereka.
Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan beraneka ragam budaya merupakan salah satu contoh yang sangat berharga bagi para pelaku bisnis dalam menerapkan komunikasi bisnis lintas budaya. Sebagaimana diketahui, setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya. Misalnya saja seperti bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana seseorang menghargai orang lain, bagaimana mereka memanfaatkan waktu yang ada, bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka meyakini atau mempercayai sesuatu yang sudah turun-temurun dari nenek moyang mereka, dan bagaimana merekaa memperlakukan suatu produk.
Apabila para pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah tersebut menjadi sangat penting artinya, termsuk bagaimana memahami prosuk-produk musiman di suatu negara. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis. Sebagai contoh, seorang pelaku bisnis ingin memasarkan produk baru ke negara lain pada saat musim salju. Produk apa yang sebaiknya ditawarkan pada saat musim seperti itu? Pemahaman yang baik terhadap bagaimana masyarakat suatu negara bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari di musim-musim tertentu sangatlah diperlukan apalagi bagi para pelaku bisnis.
Pada umumnya, masyarakat di suatu negara yang memiliki musim salju akan mempersiapkan berbagai kebutuhan hidupnya sesuai dengan cuaca yang sangat dingin dengan suhu dibawah nol derajat. Pada saat musim salju tiba, mereka memerlukan berbagai macam produk yang sesuai dengan musimnya, misalnya produk jaket, sweter, alat penghangat ruangan, sepatu boot untuk salju, dan sejenisnya. Oleh karena produk-produk tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat, wajar apabila harganya pada saat musim salju relative mahal. Sebaliknya, harganya diluar musim salju cenderung murah karena dijual denga harga diskon atau obral. Mengingat sangat pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya, cara-cara efektif untuk mempelajarinya adalah sebagai berikut.

  1. Memahami Budaya dan Perbedaannya
            Setiap orang hidup, tumbuh dan berkembang dalam suatu kelompok-kelompok tertentu, baik yang berkaitan dengan kelompok keagamaan, profesi, dan bisnis. Mereka masing-masing menerapkan suatu aturan maupun perilaku yang sesuai dengan budayanya.
  1. Defenisi Budaya
Berikut adalah beberapa defenisi tentang budaya :
  1. Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, budaya diartikan sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri.
  2. Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari dari kategori lainnya.
  3. Menurut Bovee dan Thill, budaya diartikan system sharing atas symbol-simbol kepercayaan , sikap, nilai-nilai , harapan dan norma-norma untuk berperilaku.
  4. Menurut Murphy dan Hildebrand, budaya adalah sebagai tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok.
  5. Menurut Mitchel, budaya adalah seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar, pengetahuan, moral, hokum dan perilaku yang disam,paikan oleh individu-individu dan masyarakat yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan dan memandang dirinya serta orang lain.
  1. Komponen Budaya
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh beberapa komponen utamanya, yaitu : nilai-nilai (baik atau buruk, diterima atau ditolak), norma-norma (tertulis dan tidak tertulis), symbol-simbol (warna logo suatu perusahaan ), bahasa dan pengetahuan.
Menurut Cateora, budaya memiliki beberapa elemen :
·         Budaya material (Material Culture)
Dibedakan ke dalam dua bagian yaitu teknologi dan ekonomi. Teknologi mencakup teknik atau cara yang digunakan untuk mengubah atau membentuk material menjadi suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya sedangkan ekonomi adalah sebagai suatu cara orang menggunakan segala kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dirinya maupun orang lain.
·         Organisasi Sosial (Social Institution)
Dan pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan dengan cara bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, mengorganisasikankegiatan mereka untuk dapat hidup secara harmonis dengan yang lain, dan mengajar perilaku yang dapat diterima oleh generasi berikutnya
·         System Kepercayaan atau Keyakinan (Belief System)
Yang dianut oleh suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap system nilai yang ada di masyarakat tersebut.
·         Estetika (Aesthetics)
Berkaitan dengan sni, dongeng, hikayat, music, drama dan tari-tarian.
·         Bahasa (Language)
Bahasa adalah suatu cara yang digunakan seseorang dalam mengungkapkan sesuatu melalui symbol-simbol tertentu kepada orang lain.
  1. Tingkatan Budaya
Menurut Murphy dan Hildebrant, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan budaya yaitu
  1. Formal
Budaya pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan hal itu bersifat formal atau resmi.
  1. Informal
Pada tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai, (digunakan) dan dilakukan, tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan.
  1. Teknis
Pada tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpenting.
  1. Mengenal Perbedaan Budaya
\perbedaan budaya dapat dilihat dari :
  1. Nilai – nilai Sosial
Secara umum, orang-orang Amerika berpandangan bahwa uang akan dapat mengatasi berbagai masalah, kekayaan yang diperolah dari usahanya sendiri merupakan sinyal superioritas, dan orang yang bekerja keras lebih baik daripada yang tidak berkerja keras.
  1. Peran dan Status
Budaya menuntun peran yang akan dimainkan seseorang termasuk siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi
Sementara itu, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, peran wanita didunia bisnis sudah cukup kuat. Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau seorang wanita dinegara-negara maju tersebut menduduki posisis-posisis penting dalam suatu perusahaan.
            Begitu pula dalam hal konsep status,  yang cara pandangnya berbeda dari negara satu dan negara lainnya. Kebanyakan status para eksekutif di Amerika Serikat dilihat dari simbol-simbol yang bernuansa matrealistik. Status sebaga seorang eksekutif ditandainya dengan ruang sudut kantor yang luas, karpet mahal, meja kerja eksekutif dan asesoris yang menarik. Sementara itu di Perancis status seorang eksekutif dilihat dari ruang kerja ditengah-tengah suatu area terbuka yang dikelilingi oleh pegawai-pegawai yang lebih rendah. Di Indonesia status seorang eksekutif dapat dilihat dari penataan ruang kerja yang terkesan lux dan seberapa mewah jenis kendaraan yang digunakan.
c. Pengambilan Keputusan
            Di Niegara-negara maju seperti  AS dan Kanada, para eksekutif selalu berupaya secepat n seefisien mungkin dalam mengambil suatu keputusan penting. Umumnya, para manager puncak berkaitan dengan suatau keputusan pokok atau utama, sedangkan hal-hal yang lebih rinci diserahkan kepada manager yang lebih bawah.
d. Konsep Waktu
            Sebagian besar penduduk negara maju sudah menyadari bahwa waktu sangatlah berharga.  Untuk menghemat waktu, para eksekutif Amerika dan Jerman membuat rencana bisnis secara efisien dengan memusatkan perhatian pada tugas tertentu pada periode tertentu.
e. Konsep Jarak dan Komunikasi
            Sebgaimana masalah waktu, menjaga jarak komunikai juga berbeda untuk budaya yang berbeda. Ketika melakukan pembicaraan bisnis, para eksekutif Amerika Serikat dan Kanada menjaga jarak sekitar 5 feet dari lawan bicara. Namun, bagi para eksekutif Jerman dan Jepang, jarak komunikasi tersebut kurang dekat.
f. Konteks Budaya
            Salah satu dari berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada orang lain sangat ditentukan konteks budaya. Didalam konteks budaya tinggi seperti Korea Utara atau Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi verbal, tapi lebih banyak tergantung pada komunikasi non verbal.  Dalam melakukan percakapan mereka cenderung menyampaikan pesan secara tidak langsung (Indirect) yang disertai dengan ekspresi ataupun dengan gerakan-gerakan tubuh; dalam konteks budaya rendah.
g. Bahasa Tubuh
            Perbedaan bahasa tubuh seringkali menjadi sumber kesalahpahaman berkomunikasi lintas budaya. Seringkali orang mewaspadai antara kata yang diucapkan dengan gerakan-gerakan tubuhnya agar dapat diketahui apa maksud yang sebenarnya. Contoh, Sinyal “Tidak” orang AS dan Kanada menyatakan “Tidak” dengan menggerakkan kepala kekanan dan kekiri.
h. Perilaku Sosial
            Apa yang dianggap sopan oleh suatu negara bisa jadi dianggap dinegara orang lain. Contoh Dinegara Arab memberikan suatu hadiah kepada istri orang lain namun tidak mengapa jika hadiah tersebut diberikan untuk anak-anaknya. Di Jerman memberikan bunga mawar merah kep[ada wanita dianggap sebagai suatu undangan yang romantis, tetapi menjadi tidak baik jika dikaitkan dengan hubungan bisnis dengannya.
i.        Perilaku Etis
Perilaku etis dan tidak etis antar negara bisa berbeda. Di beberapa negara, perushaaan diharapkan membayar sejumlah uang secraa resmi untu persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran tersebut dianggpa sebagai hal yang rutin sementara itu bagi negara-negara seperti AS dan Swedia, hal itu bisa dikategorikan sebagai bentuk suap sehingga tidak etis dan ilegal. 
  1. Perbedaan Budaya Perusahaan
Budaya organisasi adalah cara perusahaan dalam melaksanakan sesuatu. Dengan kata lain, budaya oragnisasi mempengaruhi cara orang bereaksi dengan orang lain.

D. Berkomunikasi dengan Orang Berbudaya Asing
1. Belajar tentang Budaya
Ketika merencanakan untuk melakukan bisnis dengan orang yang memiliki budaya berbeda, seseorang akan dapat berkomunikasi secara efektif bila ia telah mempelajari budayanya.
Selain belajar bahasa, anda juga harus membaca buku dan artikel tentang budaya asing tersebut, dan selanjutnya menanyakan secara langsung kepada mitra bisnis Anda. Usahakan agar Anda berkonsentrasi belajar pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sejarah budaya, agama, politik, nilai-nilai, dan adat istiadat. Berikut ini adalah contoh komunikasi lintas budaya ketika melakukan perjalanan ke suatu negara:
a. di Spanyol, orang berjabat tangan paling lama antara lima sampai dengan tujuh ayunan; melepas jabat tangan segera dapat diartikan sebagai suatu bentuk penolakan. Di Perancis, orang berjabat tangan cukup dengan hanya sekali ayunan atau gerakan.
b. Jangan memberikan hadiah minuman-minuman beralkohol di negara-negara Arab.
c. Di Pakistan atau negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, jangan heran kalau di tengah-tengah suatu pertemuan bisnis mereka minta izin keluar untuk menunaikan ibadah sholat karena setiap Muslim wajib sholat lima kali sehari.
d. Anda dianggap menghina tuan rumah jika Anda menolak tawaran makanan, minuman atau setiap bentuk kebaikan di negara-negara Arab. Namun, anda juga jangan cepat-cepat menerima segala bentuk tawaran tersebut. Kalau mau menolak suatu tawaran, tolaklah dengan cara-cara sopan.
e. Tekankan usia perusahaan Anda ketika berhubungan bisnis dengan pengusaha di Jerman, Belanda, dan Swiss.

2. Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Lintas Budaya
Mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh seseorang tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan suatu cara yang baik untuk menemukan bagaimana mengirim dan menerima pesan-pesan lintas budaya secara efektif. Namun, perlu diingat dua hal penting, yaitu pertama, jangan terlalu yakin bahwa seseorang akan dapat memahami budaya orang lain secara utuh atau sempurna. Kedua, jangan mudah terbawa kepada pola generalisasi terhadap perilaku seseorang dari budaya yang berbeda.
Mempelajari keterampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan membantu seseorang beradaptasi dalam setiap budaya, khususnya jika seseorang berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.
Berikut ini adalah beberapa petunjuk atau tips yang diperlukan seseorang ketika berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.
a. Asumsikan berbeda hingga suatu persamaan telah terbukti. Jangan berasumsi bahwa orang lain memiliki pandangan sama sampai benar-benar menjadi kenyataan.
b. Berani mengambil tanggung jawab saat berkomunikasi. Jangan berasumsi bahwa ini adalah pekerjaan orang lain untuk berkomunikasi dengan orang lain.
c. Tidak memberi pendapat. Belajar mendengar suatu cerita yang utuh dan terimalah perbedaan dengan tanpa memberikan pendapat atau penilaian tentang mereka.
d. Tunjukkan suatu penghargaan. Belajar bagaimana suatu penghargaan itu dikomunikasikan melalui suatu gerak isyarat, kontak mata, dan sejenisnya dalam berbagai budaya yang berbeda.
e. Empati. Sebelum menyampaikan suatu pesan, cobalah untuk membayangkan perasaan orang lain bagaimana dan mengapa berkomunikasi.
f. Menahan sikap ambiguitas/mendua. Belajar untuk mengendalikan kekecewaan pada situasi yang membingungkan.
g. Jangan melihat sesuatu yang superfisial. Jangan diganggu dengan sesuatu seperti pakaian, penampilan, atau ketidaknyamanan lingkungan.
h. Sabar dan tekun. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda, jangan mudah menyerah.
i. Mengenal bias budaya Anda sendiri. Belajar untuk mengidentifikasi ketika asumsi Anda berbeda dengan orang lain.
j. Fleksibel/luwes. Siap mengubah kebiasaan atau sikap Anda ketika berkomunikasi dengan orang yang memiliki budaya berbeda.
k. Tekankan hal-hal yang biasa. Carilah kesamaan untuk menjalin suatu kerja sama.
l. Mengirim pesan yang jelas. Membuat sinyal verbal dan nonverbal yang jelas dan konsisten.
m. Tingkatkan kepekaan budaya Anda. Belajar tentang berbagai kebiasaan dan praktik, sehingga seseorang perlu waspada terhadap potensi munculnya salah komunikasi.
n. Bersifat individual. Berkomunikasi dengan setiap orang sebagai individu bukanlah mewakili kelompok lain.
o. Belajar secara langsung. Investigasi setiap budaya, sehingga Anda tahu kapan mengirim suatu pesan dengan cara langsung atau tidak langsung.
p. Memperlakukan tafsiran Anda sebagai hipotesis kerja. Saat Anda memahami budaya asing, berhati-hatilah terhadap umpan balik yang dilakukan si penerima pesan.

3. Negosiasi Lintas Budaya
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai pendekatan negosiasi yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu ketidaksetujuan pun bervariasi. Contohnya, negosiator dari Amerika Serikat cenderung relatif impersonal dalam melakukan negosiasi. Mereka melihat tujuan mereka dalam sudut pandang ekonomi dan biasanya mereka menganggap unsur kepercayaan penting di antara mereka. Sebaliknya, para negosiator dari Cina dan Jepang lebih suka pada suasana hubungan sosial. Jika ingin berhasil bernegosiasi, Anda sebaiknya bersikap bersabar dan menguasai bagaimana hubungan personal (pribadi) di Cina. Anda harus dapat menumbuhkan hubungan personal sebagai dasar membangun kepercayaan dalam proses negosiasi.
Di Perancis, hubungannya relatif kurang personal dan menyukai suasana yang formal dan dimulai dengan unsur ketidakpercayaan kepada pihak lain.
Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik pemecahan masalah dan metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika mempelajari budaya partner Anda sebelum bernegosiasi, Anda akan lebih mudah dalam memahami pandangan mereka. Lebih lanjut, menunjukkan sikap luwes, hormat, sabar dan sikap bersahabat akan membawa pengaruh yang baik bagi proses negosiasi yang sedang berjalan, yang pada akhirnya dapat menemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.

E. Hambatan Komunikasi Antar Budaya

Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif (Chaney & Martin, 2004, p. 11). Contoh dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita lalui.


Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi Antar Budaya

Hambatan komunikasi (communication barrier) dalam komunikasi antar budaya (intercultural communication) mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam di dalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air (above waterline) dan dibawah air (below waterline). Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air (below waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi (perceptions), norma (norms), stereotip (stereotypes), filosofi bisnis (business philosophy), aturan (rules),jaringan (networks), nilai (values), dan grup cabang (subcultures group).
Sedangkan terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar budaya yang berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik.

Hambatan-hambatan tersebut adalah (Chaney & Martin, 2004, p. 11 – 12):

1. Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.

2. Budaya (Cultural)

Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.

3. Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.

4. Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.

5. Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.

6. Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.

7. Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.

8. Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.

9. Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar