Senin, 01 Oktober 2012

ejaan bahasa indonesia

EJAAN BAHASA INDONESIA
1.Pengertian dan Pembinaan Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan memiliki pengertian yaitu keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi bahasa itu dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan,penggabungannya)dalam satu bahasa.secara teknis yang dimaksud dengan ejaan ialah penulisan huruf,penulisan kata,dan penulisan tanda baca.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia dinyatakan sebagai berikur:
Ejaan: cara atau aturan meniliskan kata-kata dengan huruf;misalnya kata”huruf”dahulu adalah :hoeroef(poerwadarminta,1976:266).
Dalam ensiklopedia Indonesia (jilid 2) dijelaskan :
Ejaan: cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa.(shadily(ed),1980:888).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan sebagai berikut:
Ejaan: kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi(kata,kalimat,dsb)di bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca.(pusat pembinaan dan pengembangan bahasa,1990:219)
Ejaan ada dua macam,yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis.ejaan fonetis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf,estela mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa(diagram).ejaan fomenis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambing atau satu huruf,sehingga jumlah lambing yang diperlukan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah lambing dalam ejaan fonetis.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal dua puluhan dan sebagai bahasa resmi Negara lahir sesudah proklamasi kemerdekaan tahun 1945.dengan demikian bahasa Indonesia masih sangat muda usinya.meskipun demilkian bahasa Indonesia sudah mampu dipergunakan sebagai bahasa pengantar kebudayaan.bahkan sebagai pengantar ilmu pengetahuan dan teknologi modern.hal ini bias terjadi disebabkan oleh pertumbuhannya yang cukup pesat.kepesatan pertumbuhan itu disebabkan oleh kemampuan bahasa Indonesia menyerap unsure-unsur bahasa lain,baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing.
Penerimaan unsure serapan diatas memerlukan pengaturan  yang merupakan usaha pembinaan bahasa Indonesia,dapat dilihat antara lain dari aspek ejaannya.dengan usia yang relative masih muda,bahasa Indonesia sudah tiga kali mengalami sistem ejaan.sistem ejaan yang dimaksudkan adalah:



a)      Ejaan Ch.A.Van Ophuysen
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1901 sampai tahun 1947.ejaan ini merupakan warisan dari ejaan bahasa Melayu yang menjadi dasar dan asal bahasa Indonesia.
b)      Ejaan suwandi atau ejaan republic
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1947 sampai dengan tahun 1972.
c)      Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
ejaan ini mulai berlaku dalam tahun 1972 sampai sekarang.penamaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan,biasa disingkat menjadi ejaan yang disempurnakan atau EYD.
Perbedaan ketiga jenis ejaan yang pernah dan sedang berlaku dalam aspek penghurufan dapat dilihat sebagaimana tertera dibawah ini.
Van Ophuysen
1901
Suwandi
1947
EYD
1972
J
j
y
Dj
dj
j
Nj
nj
ny
Sj
sj
sy
Tj
tj
c
Ch
ch
kh
Z
z
z
F
-
f
-
-
v
Oe
u
u
Ee
e
e

Adapun motif lainnya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut:
1.      Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa Indonesia.
2.      Membina ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca.
3.      Memulai usaha pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh.
4.      Mendorong pengembangan bahasa Indonesia.
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan merupakan penyempurnaan dari semua hasil usaha dalam bidang ejaan yang telah mendahuluinya.
2.Pemakaian Huruf
2.1.Pengantar
     Pemakaina huruf antara lain yaitu:
1.      Abjad
2.      Vocal
3.      Diftong
4.      Konsonan
5.      Persukuan
6.      Nama Diri
2.2.Abjad
    Jenis huruf dan nama yang digunakan dalam sistem EYD ialah sebagai berikut:
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
A
a
A
G
g
Ge
M
m
Em
B
b
Be
H
h
Ha
N
n
En
C
c
Ce
I
i
I
O
o
O
D
d
De
J
j
Je
P
p
Pe
E
e
E
K
k
Ka
Q
q
Ki
F
f
Ef
L
I
El
R
r
Er
S
s
Es
V
v
Ve
Y
y
Ye
T
t
Re
W
w
We
Z
z
Zet
U
u
U
X
x
Eks



EYD menggunakan 26 huruf dan setiap huruf melambangkan fonem tertentu.ke-26 huruf ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu:
1.      Huruf yang melambangkan fonem vocal
2.      Huruf yang melambangkan fonem konsonan
2.3.Vokal
Di dalam bahasa Indonesia terdapat lima buah huruf vocal yaitu: a,e,I,o,u.
Huruf
Contoh pemakaian dan letaknya
Di awal
Di tengah
Di akhir
a
apa
pada
lupa
i
itu
pintu
tetapi
u
uang
buka
ragu
e(e)
enak
teras
sore
e(e)
emas
kera
tipe
o
oleh
kota
toko

2.4.Konsonan
Huruf
Contoh Pemakaian dan Letaknya
Di awal
Di tengah
Di akhir
b
baru
kabut
sebab
c
cacat
kancil
-
d
duri
kuda
maksud
f
faktor
tafsir
positif
g
ganjil
juga
gudeg
h
harap
tahu
gajah
j
Jalan
kejar
mikraj
k
kami
takut
baik
kh
khusus
akhir
tarikh
l
lama
alam
mual
m
mari
aman
kelam
n
nakal
anak
makan
ng
ngilu
angin
sedang
ny
nyata
banyak
-
p
pagi
apa
tetap
q
quran
furqa
-
r
rata
harus
liar
s
sayang
kasih
luas
sy
syarat
masyarakat
-
t
tujuh
data
rapat
v
varita
lava
-
w
wakil
jawab
-
x
xenon
-
-
y
yang
daya
-
z
zeni
lazim
juz

2.5.Diftong
Huruf
Contoh Pemakaian dan Letaknya
Di awal
Di tengah
 Di akhir
ai
Ain
syaitan
pantai
au
Aula
saudara
harimau
oi
oikumene
boikot
Amboi

2.6.Persukuan
Di bawah ini dicantumkan pola persukuan kata dalam bahasa indonesia seperti yang tercantum dalam buku Pedoman Umun Jean Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan sebagai berikut.setiap suku kata dalam bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vocal.vokal ini dapat didahului atau diikuti oleh konsonan.
a.       Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata.
1)      V               : a-nak,i-bu,ba-u
2)      VK                        : ar-ti,ma-in,om-bak
3)      KV                        : ra-kit,ka-in
4)      KVK         : pin-tu,kan-tor,lan-tai
b.      Di samping itu bahasa Indonesia mengenal pola suku kata berikut:
1)      KKV         : pra-ja,sas-tra,in-fra
2)      KKVK      : blok,trak-tor,prak-tis
3)      VKK         : eks,ons
4)      KVKK      : teks,kon-teks
5)      KKVKK   : kom-pleks
6)      KKKV      : stra-te-gi,in-stru-men
7)      KKKVK   : struk-tur,in-struk-tur
Keterangan : V=Vokal  K=Konsonan
c.       Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:
1)      Kalau di tengah kata ada dua vocal yang berurutan,pemisahan tersebut dilakukan  diantara kedua vocal itu.contoh: ma-af,bu-ah,ri-ang
2)      Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vocal,pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.contoh: a-nak,a-pa,a-gar.oleh karena ng,sy,nydan kh melambangkan satu konsonan,pemisahan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.contoh : sa-ngat,nyo-nya,isya-rat
3)      Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan,pemisahan terdapat diantara kedua konsonan itu.contoh: man-di,tem-pat,lam-bat,ker-tas
4)      Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih,pemisahan tersebut diantara konsonan yang pertama (termasuk ng)dengan konsonan kedua.contoh:in-stru-men,bang-krut,ul-tra.
d.      Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk dan partikel yang biasanya di tulis serangkai dengan kata dasarnya dalam persukuan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan .contoh:ma-ka-nan,me-ne-mui,bel-ajar,per-gi-lah,dan wa-lau-pun.
2.7.Nama Diri
Penulisan nama-nama sungai,gunung,jalan,kota,dan sebagainya disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
Misalnya:
Kali Brantas
Danau Singkarak
Jalan Diponegoro
Sungai Citarum
Nama orang badan huku,dan nama diri diri lain yang sudah lazimdisesuaikan denga Ejaan Yang Disempurnakan kecuali bila ada pertimbangan khusus.
Misalnya:
Universitas Negeri Medan
Institut Teknologi Bandung
S.Soebardi
Djoko Kentjono

3.Penulisan Huruf
Dalam bagian ini khusus pembicaraan mengenai penulisan huruf yang akan diurutkan sebagai berikut.
A.Huruf  Kapital
1.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin engkau terlambat," katanya.
"Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."
3.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:
Islam
Quran
Kristen
Alkitab
Hindu
Weda
Allah
Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.


Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.


Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim

b.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.


Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.


Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah

b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.


Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.

c.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.


Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.


Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere


Catatan:


(1)
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).


Misalnya:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen
Otto von Bismarck
Vasco da Gama

(2)
Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.


Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Ibrahim bin Adham
Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal


b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.


Misalnya:
pascal second
Pas
J/K atau JK-1
joule per Kelvin
N
Newton

c.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.


Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
7.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.


Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia

b.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.


Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.


Misalnya:
tahun Hijriah
tarikh Masehi
bulan Agustus
bulan Maulid
hari Jumat
hari Galungan
hari Lebaran
hari Natal

b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.



Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

c.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.


Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.


Misalnya:
Banyuwangi
Asia Tenggara
Cirebon
Amerika Serikat
Eropa
Jawa Barat

b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.


Misalnya:
Bukit Barisan
Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng
Gunung Semeru
Jalan Diponegoro
Jazirah Arab
Ngarai Sianok
Lembah Baliem
Selat Lombok
Pegunungan Jayawijaya
Sungai Musi
Tanjung Harapan
Teluk Benggala
Terusan Suez

c.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.


Misalnya:
ukiran Jepara
pempek Palembang
tari Melayu
sarung Mandar
asinan Bogor
sate Mak Ajad

d.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.


Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di sungai
menyeberangi selat
berenang di danau

e.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.


Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
petai cina
pisang ambon
10.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.


Misalnya:



Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

b.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.


Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku


Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.


Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.

Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
12.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
13.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.

Misalnya:
Dr.
doktor
S.E.
Sarjana Ekonomi
S.H.
Sarjana Hukum
S.S.
Sarjana Sastra
S.Kp.
Sarjana Keperawatan
M.A.
Master of Arts
M.Hum.
Magister Humaniora
Prof.
Profesor
K.H.
Kiai Haji
Tn.
Ttuan


Ny.
Nyonya
Sdr.
Saudara

Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
14.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.


Misalnya:
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
Besok Paman akan datang.
Surat Saudara sudah saya terima.
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
"Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.

b.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.


Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.

Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.

B.Huruf Miring
1.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.

Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.


Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.
3.
a.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.


Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.

b.
Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.


Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.


Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
4.Penulisan Kata
Dalam bagian ini kita mengkhususkan pembicaraan mengenai penulisan kata.hal-hal yang akan dibicaraka diurutkan sebagai berikut:
1.      Kata dasar
2.      Kata turunan
3.      Kata ulang
4.      Gabungan kata
5.      Kata ganti ku,kau,mu dan nya
6.      Kata depan di ,ked an dari
7.      Kata si dan sang
8.      Partikel
9.      Singkatan dan akronim
10.  Angka dan bilangan

1)      Kata dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Contoh:pagar,rumah,tanah,sedang.
2)      Kata turunan
Ø  Imbuhan (awalan,akhiran,sisipan)ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh:berduri,diangkat,penetapanmempermainkan,bergerigi.
Ø  Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan katayang langsung mengikutinya atau mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata.
Contoh:bertanggung jawab,serah terimakan,membabi buta.
Ø  Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran maka kata-kata itu ditulis serangkai.
Ø  Contoh:penyalahgunaan,memberitahukan,diserahterimakan,mempertanggungjawabkan.
Ø  Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,maka gabungan itu ditulis serangkai.
Contoh:pancasila,nonaktif,antarkota,inkonvensional,amoral,subpokok,multilateral,treansmigrasi,infrastruktur,swadaya,tunanetra,dan kolonialisme.
3)      Kata ulang
Kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung
Contoh:lari-lari,sayur-mayur,berlari-lari,dibesar-besarkan,tumbuh-yumbuhan,gerak-gerik,buah-buahan,lauk-pauk,tarik-menarik,berdua-duaan,tunggang-langgang,dan berhati-hati.
4)      Gabungan kata
1.
Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.

Misalnya:
duta besar
model linear
kambing hitam
orang tua
simpang empat
persegi panjang
mata pelajaran
rumah sakit umum
meja tulis
kereta api cepat luar biasa
2.
Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang

bersangkutan.

Misalnya:
anak-istri Ali
anak istri-Ali
ibu-bapak kami
ibu bapak-kami
buku-sejarah baru
buku sejarah-baru
3.
Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.

Misalnya:
acapkali
darmasiswa
puspawarna
adakalanya
darmawisata
radioaktif
akhirulkalam
dukacita
saptamarga
alhamdulillah
halalbihalal
saputangan
apalagi
hulubalang
saripati
astagfirullah
kacamata
sebagaimana
bagaimana
kasatmata
sediakala
barangkali
kepada
segitiga
beasiswa
kilometer
sekalipun
belasungkawa
manakala
sukacita
bilamana
manasuka
sukarela
bismillah
matahari
sukaria
bumiputra
padahal
syahbandar
daripada
peribahasa
waralaba
darmabakti
perilaku
wiraswata
5)      Kata Ganti ku-, kau-,  -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabiladigabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku

6)      Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu. .

7)      Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.
Siti mematuhi nasihat sang kakak.
Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya

8)      Partikel

1.
Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.

Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
Adapun sebab sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.
Baik laki laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
3.
Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.


9)      [ [sunting]Singkatan dan Akronim
1.
Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.


Misalnya:
A.H. Nasution
Abdul Haris Nasution
H. Hamid
Haji Hamid
Suman Hs.
Suman Hasibuan
W.R. Supratman
Wage Rudolf Supratman
M.B.A.
master of business administration
M.Hum.
magister humaniora
M.Si.
magister sains
S.E.
sarjana ekonomi
S.Sos
sarjana sosial
S.Kom
sarjana komunikasi
S.K.M.
sarjana kesehatan masyarakat
Bpk.
bapak
Sdr.
saudara
Kol.
kolonel

b.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.


Misalnya:
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat
PBB
Perserikatan Bangsa Bangsa
WHO
World Health Organization
PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia
PT
perseroan terbatas
SD
sekolah dasar
KTP
kartu tanda penduduk

c.
1)
Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.



Misalnya:
jml.
jumlah
kpd.
kepada
tgl.
tanggal
hlm.
halaman
yg.
yang
dl.
dalam
No.
nomor


2)
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.



Misalnya:



dll.
dan lain lain
dsb.
dan sebagainya
dst.
dan seterusnya
sda.
sama dengan atas
ybs.
yang bersangkutan
Yth.
Yang terhormat



Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.

d.
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.


Misalnya:
a.n.
atas nama
d.a.
dengan alamat
u.b.
untuk beliau
u.p.
untuk perhatian

e.
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.


Misalnya:
Cu
kuprum
cm
sentimeter
kg
kilogram
kVA
kilovolt ampere
l
liter
Rp
rupiah
TNT
trinitrotoluene
2.
Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.

a.
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.


Misalnya:
LIPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN
Lembaga Administrasi Negara
PASI
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
SIM
surat izin mengemudi

b.
Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.


Misalnya:
Bulog
Badan Urusan Logistik
Bappenas
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi
Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani
Kongres Wanita Indonesia

c.
Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.


Misalnya:
pemilu
pemilihan umum
iptek
ilmu pengetahuan dan teknologi


rapim
rapat pimpinan
rudal
peluru kendali
tilang
bukti pelanggaran
radar
radio detecting and ranging


Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1)
Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
(2)
Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
[10) sunting]Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab
 :
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi
 :
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
1.
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.

Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2.
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.

Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.

Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
3.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4.
Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.

Misalnya:
0,5 sentimeter
tahun 1928
5 kilogram
17 Agustus 1945
4 meter persegi
1 jam 20 menit
10 liter
pukul 15.00
Rp5.000,00
10 persen
US$3,50*
27 orang
£5,10*

¥100

2.000 rupiah


Catatan:
(1)
Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2)
Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
5.
Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.

Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Jalan Wijaya No. 14
Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169
6.
Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 2: 3
7.
Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a.
Bilangan utuh


Misalnya:
dua belas
(12)
tiga puluh
(30)
lima ribu
(5000)

b.
Bilangan pecahan


Misalnya:
setengah
(1/2)
seperenam belas
(1/16)
tiga perempat
(3/4)
dua persepuluh
(0,2) atau (2/10)
tiga dua pertiga
(3 2/3)
satu persen
(1%)
satu permil
(1‰)


Catatan:
(1)
Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2)
Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.


Misalnya:
20 2/3
(dua puluh dua-pertiga)
22/30
(dua-puluh-dua pertiga puluh)
20 15/17
(dua puluh lima-belas pertujuh belas)
150 2/3
(seratus lima puluh dua-pertiga)
152/3
(seratus-lima-puluh-dua pertiga)
8.
Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:
a.
pada awal abad XX (angka Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab
pada awal abad kedua puluh (huruf)
b.
kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)
9.
Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubungan.

Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an
(lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an
(tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an
(uang lima-ribuan)
10.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).

Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
11.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).

Catatan:
(1)
Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2)
Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3)
Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.



















KESIMPULAN
Ejaan memiliki pengertian yaitu keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan,penggabungannya) dalam satu bahasa.secara teknis yang dimaksud dengan ejaan ialah penulisan huruf,penulisan kata,dan penulisan tanda baca.
Dimana ejaan suatu bahasa tidak hanya berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda baca dan sebagainya,melainkan juga meliputi hal-hal seperti bagaimana memisahkan suatu kata,bagaimana menggabungkan kata,baik antara kata dengan imbuhan maupun antara kata dengan kata depan,pemisahan suku kata perlu kita perhatikan,terutama dalam hal pemisahan huruf-huruf dari suatu kata yang trletak pada akhir suatu baris yang kebetulan tidak dapat tertulis secara seluruhnya
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan merupakan penyempurnaan dari semua hasil usaha dalam bidangejaan yang telah mendahuluinya.

DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar