Sabtu, 20 Oktober 2012

perkembangan intelektual dan bahasa


PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN BAHASA
Perkembangan Intelektual
Tahapan Perkembangan Intelek/kognitif
Jean Piaget (Bybee and Sun, 1982) mebagi perkembangan intelek/kognitif menjadi empat tahapan sebagai berikut
1. Sensori-motoris (0 – 2 tahun). Sifat-sifat yang tampak pada anak adalah stimulus sound, anak berinteraksi dengan stimulus dari luar. Lingkungan dan waktu terbatas, kemudian berkembang sampai dapat berimajinasi. Konsep tentang benda berkembang, mengembangkan tingkah laku baru, kmampuan untuk meniru. Ada usaha untuk berpikir. Perubahan yang terlihat antara lain, gerakan tubuhnya merupakan aksi refleks, merupakan eksperimen dengan lingkungannya.

2. Praoperasional (2 – 7 tahun). Sifat-sifat anak adalah, belum sanggup melakukan operasi mental, belum dapat membedakan antara permainan dengan kenyataan, atau belum dapat mengembangkan struktur rasional yang cukup, masa transisi antara struktur sensori motor ke berpikir operasional. Perubahan yang terlihat pada anak adalah, sifat egosentris baru akan berkembang apabila anak banyak berinteraksi sosial, konsep tentang ruang dan waktu mulai bertambah,bahasa mulai dikuasai.

3. Operasional Konkret (7 – 11 tahun). Sifat-sifat anak, dapat berpikir konkret karena daya otak terbatas pada objek melalui pengamatan langsung, dapat mengembangkan operasi mental seperti menambah dan mengurang, mulai mengembangkan struktur kognitif berupa ide atau konsep, melakukan operasi logika dengan pola berpikir masih konkret. Perubahan yang terlihat pada anak: tidak egosentri lagi, berpikir tentang objek yang berhubungn dengan berat, warna, dan susunan, melakukan aktivitas yang berhubungan dengan objek, membuat keputusan logis.

4. Operasional Formal (11 tahun ke atas). Sifat-sifat anak: pola berpikir sistematis meliputi proses yang kompleks, pola berpikir abstrak dengan menggunakan logika matematika, pengertian tentang konsep waktu dan ruang telah meningkat secara signifikan. Perubahan yang terlihat: anak telah mengerti tentang pengertian tak terbatas, alam raya dan angkasa luar.


KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Piaget membangi empat tahapan perkembangan intelektual/ kognitif, yaitu (1) tahap sensori motoris, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional konkret dan (4) tahap operasional formal. Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan kemampuan intelek individu sesuai dengan tahap perkembangannya.
Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan intelek tersebut adalah sebagai berikut :

1.Karakteristik Tahap Sensori-Motoris
Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :
a)         Segala tindakannya masih bersifat naluriah
b)         Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra
c)         Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk    mengategorikan pengalaman
d)       Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui skema-skema sensori            motorisnya.
Sebagai upaya lebih memperjelas karakteristik tahap sensori-motoris ini, Piaget  merinci lagi tahap sensori-motoris ke dalam enam fase dan setiap fase memiliki karakteristik tersendiri.

a.    Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
-           Individu mampu bereaksi secara refleks
-           Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum terkoordinir
-           Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai pesan yang diterima dari lingkungannya.

b.    Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mampu memperluas skema yang dimilikinya berdasarkan hereditas
c.    Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mulai dapat memahami hubungan antara perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu.
d.   Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
-           Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk sementara                  waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu lain.
-           Individu mulai mampu mencoba sesuatu
-           Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada orangtua


e.    Fase kelima (12-18 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
-           Individu mulai mampu untuk meniru
-           Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan terhadap lingkungannya secara  lancar

f.     Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
-           Individu mulai mampu untuk mengingat dan berpikir
-           Individu mampu untuk berpikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa sederhana
-           Individu mampu berpikir untuk memecahkan masalah sederhana sesuai dengan tingkat perkembangannya
-          Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang

2. Karakteristik Tahap Praoperasional
Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :
a)      Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi
b)     Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide
c)     Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret,  meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat
d)    Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku :
1) berpikir imajinatif
2) berbahasa egosentris
3) memiliki aku yang tinggi
4) menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi dan
5) perkembangan bahasa mulai pesat.

3. Karakteristik Tahap Operasional Konkret
         Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.



4. Karakteristik Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :
a)      Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi
b)      Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak
c)      Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis
d)     Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan
e)     Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai
f)     Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa
g)    Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.


Faktor- Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Intelek Kognitif

1.      Faktor Hereditas
Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah akan menjadi kemampuan berfikir setara normal, di atas normal atau di bawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.

2.      Faktor Lingkungan
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam memengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.

a. Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orangtua.

b. Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk meningkatkan perkembangan anak tersebut perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka.
2) Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik.
3) Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggung secara fisik, perkembangan intelektualnya juga akan terganggung
4) Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.
PERKEMBANGAN BAHASA
1.Perkembangan Bahasa
          Peneliti psikologi perkembangan  mengatakan bahwa secara umum perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan aspek-aspek lainnya,meskipun kadang-kadang ditemukan juga sebagian anak yang lebih cepat perkembangan motoriknya daripada perkembangan bahasanya.berdasarkan hasil-hasil penelitiannya maka ahli psikologi perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosakata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang bersangkutan.
2.Tahapan Perkembangan Bahasa
          Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk (1989) dapat dibagi kedalam empat komponen, yaitu:
1.      Fonologi (phonology)
Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan bunyi bahasa.
2.      Semantic (semantics)
Semantic merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
3.      Tata bahasa (grammar)
Tata bahasa merujuk pada penggunaan tata bahasa yanmg sudah baik dan benar.
4.      Pragmatics)
Pragmatic merujuk pada sisi komunikatif dari bahasa.ini berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang laindidalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari dan menetapkan topic yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh, intonasi, suara dan menjaga konteks agar pesan-pesan verbal yang disampaikan  dapat dimaknai secara tepat oleh penerimanya.
          Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa  dapat dibedakan kedalam tahap-tahap sebagai berikut:
1)      Tahap pralinguistik atau meraba (0,3-1,0 tahun)
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi yang komunikatif.
2)      Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1,0-1,8 tahun)
Pada usia sekitar satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata.satu kata yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai suatu kalimat penuh.mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai cara untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu.
3)      Tahap kalimat dua kata (1,6-2,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan unyuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara tepat.
4)      Tahap pengembangan tata bahasa (2,0-5,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa,panjang kalimat mulai bertambah.ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks dan mulai menggunakan kata jamak dalam kematangan perkembangan anak.
5)      Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0-10,0 tahun)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang kompleks  serta mampu menggabungkan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi.
6)      Tahap kompetensi lengkap (11,0 tahun-dewasa)
Pada akhir masa kanak-kanak perbendaharaan kata semakin meningkat,gaya bahasa mengalami perubahan, dan semakin lancer serta fasih dalam berkomunikasi.keterampilan dan performasi tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.
3.Hubungan Kemampuan Berbahasa Dengan Kemampuan Berfikir
          Berfikir pada dasarnya merupakan rangkaian kognisi yang bersifat pribadi atau pemrosesan informasi yang berlangssung selama munculnya stimulus sampai dengan munculnya respon (Morgan 1989) dalam proses berfikir digunakan symbol-simbol yang memiliki makna atau arti tertentu bagi masing-masing individu .manifestasi dari proses berfikir manusia  serta sekaligus menjadi karakteristik dari proses berfikir manusia adalah bahasa (Glover 1987).
4 Krakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
          Karakteristik perkembangan bahasa remaja sesungguhnya didukung oleh perkembangan kognitif yang menurut Jean Peaget telah mencapai tahap operasional formal.sejalan dengan perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu mengaplikasikan prinsip-prinsif=p berpikir formal atau berpikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun polo hubungan secara komprehensif, membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi penggunaan symbol-simbol dan terminology konket dalam mengkomunikasikannya.
          Sejalan dengan perkembangan psikis remaja yang berada pada fase pencarian jati diri, ada tahapan kemampuan berbahasa yang kadang-kadang menyimpang dari norma umum seperti munculnya istilah-istilah khusus dikalangan remaja.
5.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
      Secara rinci dapat diidentifikasikan sejumlah factor yang mempengaruhi per-kembangan bahasa, yaitu sebagai berikut:
a)      Kognisi
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu.
b)      Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relative demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa anggota keluarganya disbanding yang menerapkan pola komunikasi dan interaksi sebaliknya.
c)      Jumlah anak atau anggota keluarga
Sejumlah keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi bervariasi dibandingkan keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga lain selain keluarga inti.
d)     Posisi urutan kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi urutan kelahiran di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu.hal ini disebabkan anak tengah memiliki arah komunikasi ke atas  maupun ke bawah.adapun anak sulung hanya memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
e)      Kedwibahasaan (bilingualism)
Anak yang dbesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa yang lebih dari satu akan lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.

Rabu, 17 Oktober 2012

strategi pembelajaran


STRATEGI PEMBELAJARAN
1.Pengertian Strategi Pembelajaran
            Joni (1992/1993) mengemukakan bahwa strategi adalah ilmu atau kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dimyati dan Soedjono (1996) mengemukakan strategi pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsitensi antara aspek-aspek dari komponen pembentukan sistem pembelajaran.
            Strategi pembelajaran tidak hanya dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga dalam perencanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran pada dimensi perencanaan mengacu pada upayasecara strategis dalam memilih, menetapkan, dan merumuskan komponen-komponen pembelajaran. Sementara itu, dalam dimensi pelaksanaan, strategi pembelajaran merupakan upaya mengaktualisasikan berbagai gagasan yang telah dirancang dengan memodifikasi dan memberikan perlakuan yang selaras dan bersiasat sehingga komponen-komponen pembelajaran berfungsi mengembangkan potensi siswa.
            Joni (1992) mengemukakan bahwa yang menjadi acuan utama dalam penentuan strategi pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, segala kegiatan pembelajaran yang dilakukan yang berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran tidak dapat dikategorikan sebagai strategi pembelajaran.
            Dick and Carrey (1985) menyebutkan lima komponen umum dari strategi instruksional sebagai berikut: (a) kegiatan pra-instruksional (b) penyajian informasi (c) partisipasi siswa (d) tes dan (e) tindak lanjut. Demikian juga Gagne dan Briggs (dalam Suparman, 1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan urutan kegiatan instruksional yang meliputi:
1.       Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa
2.      Menjelaskan tujuan instruksional kepada siswa
3.      Mengingatkan kompetensi prasyarat
4.      Memberi stimulus (masalah, topik, konsep)
5.      Memberi petunjuk belajar
6.      Menimbulkan penampilan siswa
7.      Memberi umpan balik
8.      Menilai penampilan
9.      Menyimpulkan
Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain strategi pembelajaran adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran dikelas. Strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran secara sistematik, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai siswa secar efektif dan efisien.
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Berbagai jenis Strategi Pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran, antara lain:
2.1 Strategi Pembelajaran berdasarkan Proses Pengolahan Pesan
Dilihat dari proses pengolahan pesan, strategi pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu:
a.       Strategi Pembelajaran Deduktif
Dalam strategi pembelajaran deduktif, pesan atau materi pelajaran diolah mulai dari yang umum, generalisasi atau rumusan konsep, dilanjutkan ke yang khusus, yaitu penjelasan bagian-bagiannya atau atribut-atributnya dengan menggunakan berbagai iliustrasi atau contoh. Strategi pembelajaran deduktif tepat digunakan apabila konsep yang akan dibahas merupakan konsep baru bagi siswa atau waktu yang tersedia untuk membahas suatu konsep relatif terbatas.
b.      Strategi Pembelajaran Induktif
Dalam strategi pembelajaran induktif, pesan atau materi pelajaran diolah mulai dari yang khusus, bagian atau atribut, menuju ke yang umum, yaitu generalisasi atau rumusan konsep atau aturan.
2.2 Strategi Pembelajaran Berdasarkan Pihak Pengolah Pesan
Tiap peristiwa belajar-mengajar bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, ingin menyampaikan pesan, informasi, pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada siswa. Pesan tersebut dapat diolah sendiri secara tuntas oleh guru sebelum disampaikan kepada siswa, namun dapat juga siswa sendiri yang diharapkan mengolah dengan bantuan sedikit atau banyak dari guru.
 Atas dasar pihak pengolah pesan, strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a.       Strategi Pembelajaran Ekpositori
Dengan strategi pembelajaran ekpositori, guru yang mencari materi pelajaran yang akan diajarkan ke siswa dari berbagai sumber, kemudian guru mengolahnya serta membuat rangkuman dan/atau mungkin membuat bagan. Proses pembelajaran yang terjadi adalah sebagai berikut:
·         Guru menjelaskan materi pelajaran secara rinci kepada siswa
·         Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran tersebut
·         Siswa diminta mencatat materi pelajaran dan/atau mempelajarinya kembali di rumah masing-masing.
 Dalam menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan,yaitu:
Keunggulan / Kelebihan Strategi Ekspositori
  1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
  2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
  3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
  4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
 Kelemahan Strategi Ekspositori
                                             
Disamping memiliki keunggulan, strategi ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
  1. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
  2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
  3. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
  4. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
  5. Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
b.Strategi Pembelajaran Heuristik
Dengan menggunakan strategi pembelajarn ini, yang mencari dan mengolah pesan (materi pelajaran) ialah siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing kegiatan omenarik siswa untuk mengikutinya, tetapi siswa disuruh berada didepan, guru mengerahkan, memberikan dorongan, membantu siswa bila mengalami kesulitan.
Keuntungan penggunaan strategi pembelajaran heuristik bagi siswa adalah  secara berangsur-angsur akan terbentuk sikap positif pada diri mereka antara lain kreatif, kritis, inovatif, percaya diri, terbuka, dan mandiri.
Strategi ini terbagi ke dlam dua bagian, yaitu diskoveri (discovery) dan inkuiri (inquiry). Dengan strategi diskoveri, siswa melakukan kegiatan dengan berpedoman pada langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh guru. Apabila dalam strategi diskoveri, siswa memperoleh atau menemukan pengetahuan sendiri dengan bantuan pedoman atau panduan yang diberikan guru, maka dalam penerapan strategi inkuiri, siswa memperoleh dan menemukan sendiri pengetahuan tanpa pedoman atau panduan dari guru.
2.3 Strategi Pembelajaran Berdasarkan Pengaturan Guru
Dilihat dari sisi pengaturan guru, dikenal dua jenis strategi pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran seorang guru dan beregu (team teaching). Strategi pembelajaran seorang guru sudah biasa kita lakukan, yaitu seorang guru mengajar sejumlah siswa. Sementara itu, yang dimaksud dengan strategi pembelajaran beregu adalah pembelajaran yang dilaksanakan oleh dua orang atau lebih guru mengajarkan satu mata pelajaran, atau mengajarkan salah satu tema yang pembahasannya menyangkut berbagai mata pelajaran.
2.4 Strategi Pembelajaran Berdasarkan Sejumlah Siswa
Dengan memperhatikan sejumlah siswa, dikenal tiga strategi pembelajran, yaitu strategi pembelajaran klasikal, kelompok kecil dan individual. Strategi pembelajaran klasikal dan kelompok kecil sudah biaasa kita lakukan. Sementara itu strategi pembelajaran individual masih jarang digunakan. Contoh penggunaan strategi pembelajaran individual, seperti yang sekarang sedang anda lakukan dengan menggunakan paket pengajaran modul.
2.5 Strategi Pembelajaran Berdasarkan Interaksi Guru Dengan Siswa
Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa ada dua strategi pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran tatap muka dan strategi pembelajaran melalui media. Penggunaan strategi pembelajaran tatap muka yang baik dengan sendirinya yang menggunakan alat peraga, karena siswa akan lebih memahami yang diajarkan guru. Penerapan strategi pembelajaran dengan media, guru dengan siswa tidak secara langsung bertatap muka, tetapi melalui media. Salah satu model media yang dapat digunakan iaah paket pembelajran melalui modul, pembelajran melalui tv, pembelajaran melalui kaset audio, pembelajaran melalui komputer, dan pembelajaran melalui paket pengajaran beprogram.
Dalam upaya pelaksanaan pembelajaran yang bernuansa PAKEM, pengembangan strategi pembelajaran pada implementasinya harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.       Pembelajaran berbasis masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama;
  • Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
  • Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
  • Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dari penjelasan di atas dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam proses pembelajaran, yaitu:
1.    Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
  1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
  2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
  3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
  4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
  5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
  6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
  7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
  8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
  9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2.    Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
  1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
  2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari
b.Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman
Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kelas. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
b.      Melakukan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyususn kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan. Melalui cara ini maka pembentukan pemahaman akan terjadi melalui upaya mempertemukan perspektif yang berbeda diantara para siswa.
c.       Membuat aktivitas belajar mandiri
Peserta didik di dorong untuk mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran harus mengikut uji coba terlebih dahulu, menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi, serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).
d.      Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerjasama dengan orangtua siswa atau unsur praktisi masyarakat yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya, meminta siswa untuk magang di tempatkerja dalam masa tertentu.
e.       Menerapkan penilaian autentik
Penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan  yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik pada dasarnya memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Bentuk-bentuk penilaian yang dapat dilakukan guru adalah penilaian portopolio, tugas kelompok, demonstrasi,dan laporan tertulis.
3. Prosedur Pembelajaran
Secara umum, prosedur pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Ketiga kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan berurutan dalam membentuk kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa.
3.1 Kegiatan Pra dan Awal Pembelajaran
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Keberhasilan dalam melaksanakan pendahuluan pembelajaran dapat mendukung proses dan hasil belajar siswa. Sebaliknya, kelalaian guru dalam melakukan kegiatan awal pembelajaran akan menjurus kepada tidak terarahnya kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan siswa.
Ø  Kegiatan Pra Pembelajaran
Kegiatan pra pembelajaran atau disebut juga kegiatan pra instruksional adalah kegiatan pendahuluan pembelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan siswa mengikuti pelajaran. Kegiatan pra pembelajaran biasanya bersifat umum dan tidak berkaitan langsung dengan kompetensi atau materi yang akan dibahas dalam kegiatan inti pembelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan guru pada tahap pra pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Menciptakan sikap dan suasana kelas yang menarik
Kondisi belajar dapat dipengaruhi oleh sikap guru di depan kelas. Guru harus memperlihatkan sikap yang menyenangkan supaya siswa tidak merasa tegang, kaku, bahkan takut mengikuti pembelajaran. Kondisi yang menyenangkan ini harus diciptakan mulai dari awal pembelajaran sehingga siswa akan mampu melakukan aktivitas belajar dengan penuh percaya diri tanpa ada tekanan yang dapat menghambat kreativitasnya.
2)      Memeriksa Kehadiran siswa
Kegiatan yang biasa dilakukan guru pada jam pertama pembelajaran adalah mengecek kehadiran siswa. Untuk menghemat waktu dalam mengecek kehadiran siswa, guru dpat mengajukan pertanyaan kepada siswa yang hadir tentang siswa yang tidak hadir dan alasan ketidakhadirannya. Dengan selalu mengecek kehadiran, secara tidak angsung guru telah memberikan motivasi terhadap siswa, berdisiplin dalam mengikuti pelajaran, dan membiasakan diri memberitahukan ketidakhadirannya kepada guru baik secara langsung maupun melalui temannya secara lisan atau tertulis.
3)      Menciptakan kesiapan belajar siswa
Kegiatan pembelajaran perlu disadari oleh kesiapan dan semangat belajar siswa. Kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru perlu membantu mengembangkan kesiapan belajar dan menumbuhkan semangat siswa dalam belajarnya.
4)      Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Pada hakikatnya suasana belajar yang demokratis dapat dikondisikan melalui pendekatan proses belajar CBSA (cara belajar siswa aktif). Untuk menciptakan suasana belajar yang demokratis guru harus membimbing siswa agar berani menjawab, berani bertanya, berani berpendapat atau berani mengeluarkan ide-ide, dan berani memperlihatkan unjuk kerja (performance). Suasana belajar yang demokratis harus dikondisikan sejak awal pembelajaran.
Ø  Kegiatan Awal Pebelajaran
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menyiapkan mental siswa dalam memasuki kegiatan inti pembelajaran. Selain itu, kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan menunjukkan hubungan antara pengalaman anak dengan materi yang akan dipelajari.
Kegiatan awal pebelajaran meliputi:
1) Menimbulkan motivasi dan perhatian siswa
2) Memberi acuan
            Memberi acuan diartikan sebagai upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat gambaran umum tentang hal-hal yang akan dipelajari atau kegiatan yang akan ditempuh selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam memberi acuan, diantaranya dalah sebagai berikut:
a.       Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi yang akan dipelajari
b.      Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
3) Membuat kaitan
            Siswa akan tetarik terhadap pelajaran yang diberikan apabila mereka melihat kaitan atau hubungan dengan apa yang telah dikenal atau sesuai dengan pengalaman mereka terdahulu atau sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari adalah dengan membuat kaitan.
4)Melaksanakan tes awal
            Tes awal dilakukan apabila materi yang akan dibahas merupakan materi baru dan kita ingin mengetahui seberapa banyak siswa telah menguasai materi yang akan dibahas tersebut. Hal ini perlu dikatakan karena kita menyadari bahwa guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Sekarang sudah banyak sumber belajar yang tersedia yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar.
3.2 Kegiatan Inti dalam Pembelajaran
            Kegiatan inti pembelajaran merupakan kegiatan yang utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman (learning experience) siswa. Pada prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Melalui kegiatan inti pembelajaran siswa tidak hanya diharapkan memiliki kemampuan yang merupakan dampak intruksional tetapi juga memiliki sikap positif terhadap bahan pelajaran. Oleh karena itu, kegiatan inti pembelajaran hendaknya melibatkan siswa sebanyak mungkin, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat langsung, dan memenuhi kebutuhan siswa baik individual maupun kelompok. Untuk itu, kegiatan inti pembelajaran hendaknya merupakan kegiatan yang bervariasi.
            Proses kegiatan inti pembelajaran akan  menggambarkan penggunaan strategi dan pendekatan belajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, karena pada hakikatnya kegiatan inti pembelajaran merupakan implementasi strategi dan pendekatan belajar. Untuk memudahkan pemahaman tentang kegiatan penyajian materi pelajaran dalam kegiatan inti pembelajaran, pembahasannya dikelompokkan menjadi 3 kegiatan pembelajaran, yaitu pembelajaran secara klasikal, pembelajaran secara kelompok, dan pembelajaran secara perseorangan. Untuk menentukan proses pembelajaran guru perlu memperhatikan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan diantaranya tujuan pembelajaran, karakteristik/jumlah siswa, karakteristik materi, alokasi waktu, dan fasilitas serta sarana yang tersedia.
3.3 Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembeajaran
Kegiatan akhir dan tindak anjut pembelajaran dilakukan untuk meyakinkan guru terhadap penguasaan kompetensi oleh siswa dan upaya pemantapan penguasaan kompetensi yang diharapkan.
a.Kegiatan Akhir Pembelajaran
            Kegiatan akhir dalam pembelajaran diartikan sebagai kegiatan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi yang diharapkan. Kegiatan yang biasa dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini dalah memberikan tes, baik lisan maupun tulisan. Selain itu, guru hendaknya melakukan kegiatan akhir pembelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pkok materi yang sudah dipelajarinya. Kegiatan tersebut berupa kegiatan meninjau kembali penguasaan siswa
b.Kegiatan Tindak Lanjut Pembelajaran
            Kegiatan tindak lanjut pembeajaran dapat dilaksanakan di luar jam pelajaran, sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Pada prinsipnya, kegiatan tindak lanjut pembelajaran dilaksanakan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. Berikut ini beberapa kegiatan tindak anjut yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penguasaan siswa terhadap kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa.
Kegiatan tindak lanjut pembelajaran meliputi:
1)Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah
2)Membahas kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa
3)Membaca materi pelajaran tertentu
4)Memberikan motivasi atau bimbingan belajar
5) Mengemukakan tentang topik yang akan di bahas pada waktu yang akan datang